Mengabdi di Masa Transisi

Setelah melalui hampir tiga semester tanpa tatap muka, kegiatan pengabdian masyarakat kali ini (17-19 Desember 2021) merupakan titik balik bagi dosen dan mahasiswa Sastra Jepang untuk kembali bertemu dan berkegiatan di lapangan. Selama masa covid 19 mahasiswa dan dosen tidak leluasa mengadakan kegiatan apalagi yang melibatkan banyak kontak dengan orang lain atau masyarakat. Kegiatan-kegiatan seperti lomba, pengabdian pada masyarakat dan kegiatan yang dapat menimbulkan kerumunan nyaris tidak mendapat persetujuan baik dari aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah maupun berdasarkan aturan dari aturan di tingkat Universitas. Terbatasnya pergerakan dan mobilitas di masa pandemi menyebabkan sejumlah kegiatan yang sudah direncanakan dan ditunggu oleh mahasiswa maupun dosen menjadi terhalang dan terpakasa ditunda pelaksanannya.

Salah satu kegiatan yang sudah direncakanan dan diagendakan setiap tahunnya oleh mahasiswa dan dosen adalah kegiatan bersama mengabdi kepada masyarakat. Kegiatan bersama ini selalu diadakan setiap tahun di bawah bimbingan dosen Sastra Jepang. Beraneka kegiatan yang bisa diabdikan kepada masyarakat digelar dalam kegiatan ini. Mahasiswa Sastra Jepang yang telah belajar dan mengenal beberapa budaya Jepang seperti budaya memakai yukata (pakaian tradisional Jepang), budaya dan seni melipat kertas ataupun budaya masakan Jepang (takoyaki dan onigiri), memperkenalkan budaya ini kepada para siswa dan atau masyarakat di sekitar daerah pengabdian. Masyarakat dan siswa sebagai mitra dalam pengabdian selalu memberikan respon positif kepada mahasiswa dan para dosen. Kadang kala ada celetukan dari masyarakat yang kerap mengundang tawa peserta pengabdian. Seperti pernah suatu ketika salah seorang peserta mengatakan ”iko bakwan urang Japang mah yo…” β€˜ini bakwannya orang Jepang ya…’ saat mahasiswa memperkenalkan salah satu masakan Jepang, okonomiyaki. Saat itu mahasiswa memperkenalkan masakan Jepang dengan cara mengajarkan cara memasak okonomiyaki yang rasanya memang mirip dengan gorengan bakwan. Keakraban yang muncul dan selalu terasa di tengah kegiatan antara mahasiswa, dosen dan masyarakat membuat kegiatan bersama ini selalu ditunggu pelaksanaannya.

Sebagaimana cerita di atas, pandemi telah menunda banyak kegiatan. Oleh karena itu, ketika masa transisi yaitu peralihan dari masa pandemi ke masa normal, mahasiswa dan dosen Sastra Jepang dengan penuh antusias mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan pengabdian pada Masyarakat. Kegitan lapangan kali ini kembali hadir melalui sinergi antara Hima (Himpunan Mahasiswa) Sastra Jepang yang disebut dengan Nihonggo gakusei kai (Nigakkai) dan para dosen sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas. Tema yang diangkat dalam kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) kali ini adalah: β€œMengikat dan Berkreativitas dengan      Budaya Tradisonal”.  Sesuai dengan tema, maka kegiatan yang dilaksanakan adalah memperkenalkan masakan tradisional Jepang seperti tamagoyaki dan onigiri serta permainan tradisional Jepang seperti teruteru bozu. Selain itu, mahasiswa juga memperkenalkan budaya Jepang berupa cara memakai yukata kepada siswa INS Kayu Tanam.

Dalam pelaksanaannya, mahasiswa dan siswa INS Kayu Tanam dibagi menjadi empat kelompok. Masing-masing kelompok melakukan kegiatan yang berbeda. Kelompok pertama adalah kelompok yang membuat masakan tamagoyaki. Masakan tamagoyaki merupakan telur dadar atau omolette dari Jepang. Cita rasa masakan ini adalah manis dan asin. Masakan sederhana  ini dibuat menggunakan wajan persegi panjang sehingga adonan telur bisa digulung dan dapat dibuat menjadi bentuk kotak atau persegi. Mahasiswa membawa alat dan bahan untuk membuat tamagoyaki bersama siswa INS Kayutanam. Para siswa dengan gembira mempraktekkan cara membuat tamagoyaki dan tentu langsung mencicipi hasil masakan mereka tersebut. Mereka mengatakan masakan tersebut bisa menambah daftar masakan yang mudah, gampang dan enak yang bisa mereka buat, apalagi mereka tinggal di asrama dan jauh dari keluarga.

Kelompok selanjutnya adalah kelompok onigiri. Kelompok onigiri juga merupakan kelompok yang membuat makanan. Onigiri adalah makanan Jepang berupa nasi kepal yang diisi beraneka rasa seperti tuna, daging cincang dan lainnya. Onigiri dibungkus dengan nori atau rumput laut Jepang yang bercita rasa asin. Kelompok dua ini menggunakan sarung tangan plastik untuk menjaga kebersihan makanan. Apalagi di masa  transisi sekarang ini, kebersihan dan protokol kesehatan tetap menjadi priorotas utama yang harus diperhatikan.

Berikutnya adalah kelompok 3 yaitu kelompok yang mempraktekkan memakai yukata atau pakaian tradisional Jepang. Para siswa senang sekali mendapat pengalaman menggunakan yukata. Perubahan penampilan mereka ketika menggunakan yukata mengundang senyum dan semangat untuk mencari spot foto terbaik di sekitar INS Kayu Tanam. β€œkapan lagi pakai baju Jepang gratis” ujar salah seorang peserta yang sibuk sekali selfie hingga mengundang tawa temannya yang lain.

Kelompok lain adalah kelompok yang membuat teruteru bozu. Kelompok ini disebut juga β€œkelompok pawang hujan” oleh kelompok lain. Pasalnya teruteru bozu adalah boneka kain kecil berwarna putih yang biasanya digantungkan di luar pintu atau jendela rumah orang Jepang dengan harapan hujan berhenti dan berganti dengan cerah. Para siswa pada kelompok inipun semangat membuat boneka terteru bozu yang cocok sekali dengan cuaca hari itu.

Rangkaian kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat berlangsung dengan penuh keakraban dan canda tawa dari para siswa. Meskipun di luar diiringi gerimis hujan yang tidak berhenti selama tiga hari berturut-turut, hal tersebut tidak mengurangi kehangatan bersama mahasiswa, dosen dan para siswa yang mengikuti kegiatan.

Selain menambah wawasan dan pengetahuan bagi peserta, kegiatan ini juga menjadi sarana promosi bagi Prodi Sastra Jepang. Hal ini dapat dilihat dari antusiasnya siswa INS Kayu Tanam yang mengikuti kegiatan ini dan testimoni yang mereka berikan terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Sebagian besar peserta kegiatan memberikan respon positif terhadap kegiatan pengabdian ini dan tertarik untuk memilih Prodi Sastra Jepang Unand sebagai jurusan kuliah mereka nanti. Kedepannya, kegiatan ini akan dilaksanakan dengan tema yang lebih beragam sehingga wawasasan dan pengetahuan yang didapat oleh peserta pengabdian juga lebih beraneka dan bermakna.

Penulis: Rahtu Nila Sepni | Editor: Rima Devi | Admin: Ibnu Naufal